Minggu, 27 Januari 2013

Hari Gini Butiran Debu ?



Untuk kita yang masih saja tertatih dan tak tentu arah.

Hey, kita terlahir didunia dengan misi dan alasan. Dan apakah untuk tertatih dan tak tentu arah jawabannya ?  Akankah Ia yang Maha Esa dan Kuasa mencipta kita hanya sia-sia ? Dan Nabi Muhammad SAW  berpeluh dan terluka hingga tanggal giginya memperjuangkan agama demi melihat kita frustasi karena kekasih semata ?

Hey, kenapa tak buka semua belenggu emosi yang berbalut ilusi. Kita pemuda, energi positif yang ada berlimpah ruah.  Ayo bermanfaat dan penuhi semesta dengan karya.

Jumat, 25 Januari 2013

Waktu, Kejujuran dan Pemuda



Saat proses panjang pencarian ilmu itu hanya dinilai dengan angka mutu. Saat arti kejujuran tak lagi di indahkan. Saat Tuhan digadaikan hanya demi nilai yang terpampang, hanya demi gelar Cumlaude yang  disandang.

Sedih pun tak mampu menjelaskan secara gamblang bagaimana rasa yang kini bergelanyut manja dalam dada. Marah pun tak bisa. Mengubahnya mau dimulai dari mana ? Jika hati nurani tak lagi jadi tameng atas dosa, jika doa-doa dan sujud yang tiap hari terbaca dan terupa tak mampu mengingatkan akan akhirat disana.

Kita masih muda, kawan. Tapi tak berarti kita hidup selamanya. Kita masih muda, kawan. Tapi siapa yang bisa sangka, bisa menerka jika batang usia mungkin tak genap dua puluh lima.
Ini hanya perihal di dunia. Kita belajar bukan untuk pintar, kita belajar bukan untuk jadi menteri. Jadi untuk apa sebenarnya kau ributkan nilai yang kau sendiri tak tahu apa artinya bagimu. Bukankah kenyataan yang hakiki tergambar disana, di realita. BAHWA MEREKA YANG JUJUR LEBIH BAHAGIA tak hanya didunia, tapi Insyaalloh kelak hingga kesurga. Bukan kejeniusan yang membuatmu jaya, tapi berbagai sikap positif diri dan kemauan menjalani proses yang panjang dengan penuh kesabaran adalah kuncinya.

Rabu, 23 Januari 2013

Trauma


Setelah sekian lama, akankah trauma itu kembali menyapa ? Bagaimana bisa aku pura-pura lupa, bila teriakannya bahkan memekakan telinga dan serapahnya menyayat hati hingga luka.Tangis itu telah lama kutahan, cerita kelamnya tak ingin kuingat meski dalam lamunan kecil ditengah malam.

Aku takut, keputusasaan kembali menjelma nyata, hingga raga bermetamorfosa menjadi kuyu dan tergugu. Bagaimana bila telah sejauh ini, kuberbalik dan kembali mengacungkan pisau itu lagi ?
Terpojok ke sudut penuh temaram kisah usang yang kelam, mendidih ditengah kenangan. aku hanya ingin pulang.
Pulang ke tempat peraduan yang ku tahu ada engkau disana. Bersandar dan terisak untuk kesekian kalinya. Hingga lelah, kau pun menggotongku ke pembaringan, mengelap bersih kaki-kaki mungil ku, aku rindu masa-masa itu. Bisakah ku mohon agar kau kembali, atau aku saja yang mendatangi ?

Ingin kubisikkan," ia kumat lagi ", disaat aku telah lupa sensasi gemetarnya.  Aku ingin menarik kemejamu dan berlindung dibalik tubuh tegap dan legam itu. Aku takut. Tak bisakah kau dengar teriakanku, tak bisakah kau rasakan basah mukena putih itu. Aku terisak lagi, trauma itu kian nyata, Kesadaranku kian tipis dan cahaya putih mendominasi semua.

Minggu, 20 Januari 2013

Manisnya Ukhuwah


Karena senyum itu, kita bergandengan. Karena ukhuwah itu, kita belajar menyapa. Karena cinta, kita lakukan semua.
Hingga kini, tak perlu lagi alasan, tak penting lagi, semua terasa wajar, seperti hujan yang turun saat awan-awan menggelap dan angin menjadi teman, mengarahkan hingga tiap tetesnya diterima sewajarnya oleh muka dunia. Semua wajar, namun tak berarti tanpa ada gesekan. Pernah ada tawa tak berarti terlepas dari duka.

Sebelum esok kan kita tutup dan batas itu kian menyata, mari kita nikmati semua. Karena cinta yang sama, kita ada. Memaafkan menjadi keharusan. Kekecewaan mengartikan kita masih manusia. Ada yang pergi dan ada yang datang, namun tak berarti mereka bukan lagi teman. Biarkan kita mulai, memang tak lagi diawal, namun apa pasal menyerah di pertengahan. Hingga esok saat kita berbalik, menengok, ada sebentuk tarikan bibir dan getar di hati yang mengingatkan akan manisnya ukhuwah, disini, di "rumah sakit" ini.

Mari bersinergi, cinta.

Jumat, 18 Januari 2013

Disana


Aku tak hendak bersungut, meragukan atau hendak mengetes kesetiaan. Aku tak hendak cemas, gemas, apalagi melepas. Tidak, aku tak hendak melepas ikatan ini. 
Meski tak bisa ku katakan, aku bergantung dan sesak jika kau tak ada. Itu pun tidak, aku tak mau ditampilkan sebegitu lemah. 


Aku masih ingin menggenggam asa ini, asa untuk percaya bila ku menengok kesebelah, kan kutemukan dirimu ada. Ini bukan karena kau, bukan karena apapun yang coba kau tampilkan. Ini karena pilihanku, karena aku memilih percaya. Percaya pada bagaimana kau mencoba belajar, bagaimana wajah letihmu saat awal kau katakan ya, akan kucoba. Bagaimana tatapanmu menunjukkannya, betapa bungkammu pun membuatku terharu. 

Maaf karena sampai saat ini pun, aku hanya bisa berkata, selamat berproses untuk kita. Mari kita nikmati bersama setiap detik yang ada, dengan terpisah tempat, waktu dan ruang untuk sementara. 

Minggu, 13 Januari 2013

Untuk kalian, semoga menjadi penguat proses panjang ini


Memulai langkah ini dengan segala kepolosan, ketidaktahuan dan tanpa saling mengenal. Mungkin dulu niat bertahanpun enggan tergenap dalam benak, cabikan keengganan itu mungkin karena ilmu, motivasi, dan kesadaran masih begitu minus terentang dan terlalu jauh mengejar yang telah lebih dulu sadar dan bertahan. Bahkan pernah kujadikan kau prioritasku yang kesekian.

Duhai tempat ku berproses, tempat ku bertemu saudara yang mengikatku bukan karena darah namun karena akidah. Tak pernah terpikir bisa sampai disini, menjalani segala proses dan menjadi salah satu punggawamu.

Kita semua berjalan menuju Allah, namun dengan kecepatan yang berbeda-beda, kita semua tahu mana yang benar, mana yang salah namun kadang tumpukan dosa di dada menyeret, menutup mata hingga hanya gelap yang ada.

Ketika yang lain memilih melukai sesama saudara lewat kata, Allah menghendaki kita memaafkan dan bungkam. Disitu kita belajar arti kesabaran.
Saat yang lain memilih melenggang pergi saat panggilan Nya bergema, Allah menghendaki kita ruku', sujud, mengakui diri ini lemah, tak berdaya. Disitu kita belajar arti menghamba.
Semua kenikmatan dunia itu terhampar jelas, bisa ditemukan dan didapatkan dimana-mana, namun Allah menghendaki kita menghijab, terhijab dari segala kesenangan dunia yang melenakan, hingga membuat mabuk dan muntah. Disitu kita belajar mendengar dan taat.


Jumat, 04 Januari 2013

Jengah saja


Mencoba sedikit mengambil hikmah dari fenomena yang ada disekitar kita.
Kau tahu simpul kecil, kadang aku merasa banyak hal yang terjadi disekelilingku hanya tindakan yang berasal dari opini, persepsi pribadi.
Coba kita hitung berbagai sikap yang kita ambil, benarkah itu sudah yang "seharusnya", atau hanya karena kita pikir, kita sangka dan menurut kita itu memang yang seharusnya kita lakukan ?

Entahlah, beberapa hari ini aku hanya agak jengah, dengan segala kesok tahuan itu. Termasuk yang ada pada ku.