Selasa, 23 Juli 2013

Drama Mentari


Senja memutus jumpa, kala mentari dengan tangisan di wajah berbalik dan menyimpan sajak-sajak air mata yang hampir tumpah.
Air laut bergolak, menolak perpisahan yang dengan kuat terjadi karena gejolak cemburu yang demikian kuat.
Bulan dengan digdayanya bersinar, diantara kelam isak mentari di seberang dan angin yang tertiup kencang sibuk menenangkan amarah sang lautan yang lelah dan muak atas segala drama perpisahan yang kian tak memiliki kesudahan.

Sedangkan manusia yang merasa paling cerdas menginterpretasikan segala emosi yang terjadi, malah bergumam dengan senyuman, betapa indah mentari yang terbenam, riak-riak gelombang ombak lautan dan sinar bulan yang kian cemerlang.

Minggu, 21 Juli 2013

Jeda


Kaki-kaki kecilku kian berjarak dengan kaki-kakimu yang panjang, melangkah lebar-lebar.
Kucoba ikuti, berlari kian kencang, wah punggungmu kian mengecil hingga untuk menangkap cahayamu diretina, pupilku mesti melebar hampir keluar.

Selalu begitu, kau memang selalu melangkah duluan, membanggakan dan penuh semangat juang.

Kau berbalik, menungguku dengan tarikan bibir penuh tulus dan pengertian.
Maafkan aku mesti membuatmu selalu mengambil waktu untuk berhenti.
Namun diantara jeda kaku karena aku gagu untuk memulai bicara, kau selalu dengan tenang berkata
"Tak apa, jeda ini begitu syahdu bukan ? Membuat kita menghela segala kesibukkan dan impian yang kian sesak memenuhi punggung-punggung kecil yang terkadang lelah terus membungkuk dan gamang. Aku menyukainya, menyukai bagaimana kau dengan sederhana laku seolah berseru, hentikan sejenak segala polah, bukan menyerah hanya tak masalah bukan mengaku sedikit lelah ?"


Sabtu, 13 Juli 2013

Haru, Kamu


Malam kian kelam, diri makin kecil. Terasa malu hingga bisu, Rabbku.
Betapa cintaMu menggetarkan, terlisan lewat kata dan perbuatan.
Ia berbinar dengan ayat-ayat suci melantun, lurus penuh khusyuk, getar merasuk.

Kasih sayangMu tak pernah memilih pelaku, ia hanya berlalu pada yang tak tahu malu dan terpaku pada ia yang takut dan harap bertemu.

Jumat, 12 Juli 2013

Delusi


Berhenti bisu, kali ini bolehkah kami minta kuasamu ? Kalau boleh, tolonglah ditoleh, bukankah kewajibanmu, yang katanya pemimpinku  ?
Meringankan, mencintai kami hanya ingin berbagi, menyalakan asa ditengah gulita, agar mereka tahu dan yakin bahwa masih ada yang peduli.

Kamis, 11 Juli 2013

Rayu


Merdu merayu, lagi-lagi kamu. Langit biru membisu, rindu. Menari ditengah air yang mengalirkan beku, kaku.

Semua keahlianmu, lelakiku.

Denganmu tak perlu memandang elok langit biru cukup diam-diam memandang dibalik dinding siluet dari garis rahang keras namun terbalut sedikit tarikan bibir kanan kiri, aku bisu.
Tak perlu lagi menari ditengah percikan air, deras kuyup, cukup menangkap resonan getar suaramu ditelinga, aku kaku.

Membuatku bergerak menuju dimensi pujangga yang dulu tak terbaca, tergeilitik malu membaca syair, ditengah gelap malam ditemani sebatang lilin romantis berwarna merah muda.
Mulai menapaki warna-warni dengan senyum kecil dan gumaman lirik lagu-lagu cinta.

Ah, akibat si merah muda. Aku lupa usia.

Untukmu Ayah


Untuk tiap janji yang tak kau ingkari, terima kasih abi.
Untuk tiap lelah yang tak kau keluh, ku bantu kau usap peluh.

Menatapi banyak kisah tergores bahwa cinta kadang berujung derita.
Mencintai bisa jadi alasan basi, dan melukai menjadi opsi yang tak teringkari, saat hati tlah saling pikun akan alasan untuk mendayung berbagi perahu maka yang tinggal hanya semu penyesalan bahwa pilihan kadang bisa salah dibelakang. Pembenaran.

Tak bisa menutup mata, karena korban bahkan dengan tersandung dan kepayahan mencoba bergerak perlahan, sadar bahwa semua berubah, karena pegangan dan pedoman tlah berbalik mencari pelarian.
Dilema, karena kita tahu tak pernah ada niat diawal, adapun, mati-matian ditiup hingga padam, namun apadaya saat masa perlahan mengaburkan rasa maka tinggal menanti salah satu memutuskan pergi. Miris.

Selasa, 09 Juli 2013

Terjebak


Kelak jika ekor mata tak sengaja saling bertubrukan hingga menghasilkan cahaya tanda terpeta wujud antar kita, hanya menunduk atau alihkan netramu.
Karena kita tlah saling tahu, rasa ini tabu. 
Terjebak dalam pusaranya hanya membuat kita mencari pembenaran semu, terjepit waktu yang kemudian memaksa kita lari dari kecemasan-kecemasan teriakan hati yang terus saja memaksa akhiri semuanya, karena hati tlah tahu dan memberi sinyal bahwa kesalahan tak semestinya terus ditasbihkan.

Tlah banyak contohnya bukan, yang mundur, yang kembali hilang dari gegap teguh jalan juang, hanya karena rasa getar pada ciptaanNya begitu mendominasi, membuat niat, semangat dan jalan yang telah disusuri menjadi tinggal kenangan.
Saat ujung perjuangan masih begitu jauh dan kelelahan tlah begitu mendominasi karena tak kunjung dipahami dan terekam dalam pandang.
Jangan biarkan lagi ada yang terjebak. Jangan dengarkan lagi bisik nikmat semu yang ditawarkan hasrat. Biar ia tersesat sendirian, bersama dosa, terkubur dalam-dalam.

Senin, 08 Juli 2013

Pengorbanan


Untukmu pria-pria obral kata yang dengan bangga berkata “ Bukankah sudah kukorbankan segalanya bagimu, wanita ? Tidakkah kau merasa, cintaku padamu sebesar bla bla bla, setinggi bla bla bla..

Stoplah, menggombali anak gadis orang yang jelas tak halal bagimu, berkatalah cinta pada Ibu, berkorbanlah untuk saudari kandungmu, dan bekerjalah dengan penuh ikhlas hanya untuk yang jelas darinya kau mendapat ridho Sang Kuasa.

Bicara tentang berkorban, sudahkah kau tahu betul artinya ? Jika bicara tentang pengorbanan, tengoklah siroh dimana kau tahu Ali sepupu Nabi, termasuk dari sepuluh orang pertama yang masuk islam, yang dicinta dan mencinta Alloh, dicintai dan mencintai Nabi, yang dengan keikhlasan rela menggantikan sang nabi, tertidur diatas pembaringan, diluar algojo-algojo yang tertutup mata hati dengan uang yang ditawarkan Quraisy Mekkah tengah menunggu, dengan pedang-pedang panjang nan terasah terang. Itulah pengorbanan, dan apakah Ali mengeluh, menangis sambil mundur dan berkata “kenapa harus aku ? Aku masih terlalu muda untuk mati diatas ranjang, hanya beri aku kuasa membawa pedang ditengah padang, agar mereka tahu aku Ali yang syahid sebagai panglima perang. “ 
Tidak. Ia hanya mengangguk, mengiyakan. Berkorban bagi Ali adalah dengan mengalahkan ego duniawinya, mengalahkan cinta atas harta, usia dan segala hanya demi agama Alloh, atas cintanya pada Maha Cinta, dan atas gairahnya akan surga. Semua menjadi terasa tak seberapa untuk ia kobarkan, dengan langkah tegap ia berbaring menggantikan Nabi sambil menanti detik terpenggalnya kepala.

Cinta yang Berhimpun


Bila keluh itu tlah sampai diujung lidah, hendak tumpah, melihat kau tabah nan penuh gairah, aku malu, merunduk dan mematut kepantasan.
Kau adikku, yang ditetapkanNya berusia lebih muda, namun nyata begitu dewasa.
Dengan kepolosan tutur kata dan tulismu, menyemangati tanpa kau tahu, dengan segala pernyataan lucu, mengaku masih belajar, justru memberiku banyak pengajaran, tentang semangat, tanggung jawab dan konsitensi.

Untuk anggota bidang MCF nan penuh semangat. Semoga segala kontribusi kalian dinilai kebaikan oleh Allah. Tetap semangat. Tetap SIP (Solid, Inspiratif, Progresif). Terus bergerak, berinovasi hingga terwujud cita kita bersama untuk FISIP yang islami.

Dan untuk mereka yang rela berlelah, disaat yang lain tlah bermesra dengan istirahat penuh. Yang rela tersita waktu, tenaga bahkan materi, disaat yang lain berfoya, mencukupi hasrat yang kian diikuti kian tak terbatas.

Untuk kalian semua, semoga kian istiqomah, walau tak mudah. Semoga kian berseri karena tahu segala yang dilaku hanya bentuk kecil dari syukur atas nikmat dan cinta Nya yang purna.
Mencintai setiap pejuang dijalan ini, karena Alloh.
Dan merindu pertemuan ditempat semua mimpi, cita dan cinta menyatu. Ditempat yang imaji terliar pun tak mampu menggambarkannya, yang keindahannya tak mampu terlaksa bahkan lewat kata penyair ternama. Surga, tempat bernaung segala ketaatan makhluk Alloh yang dicintai dan mencintaiNya. Semoga diperkenankanNya kita terhimpun disana.

Sabtu, 06 Juli 2013

Tak Pergi



Pernah berpikir tuk pergi
Dan terlintas tinggalkan kau sendiri
Sempat ingin sudahi sampai disini
Coba lari dari kenyataan

Tapi ku tak bisa, jauh, jauh darimu

-SLANK- Ku Tak Bisa

Iya, ini lagu galau, tapi postingan ini bukan tentang kegalauan sepasang kekasih. Jauh sekali dari perkara itu.

Bicara tentang pergi, bicara tentang hati.
Bicara tentang memori diri.

Diri ini dengan segala keakuan, ego dan emosi yang tak menentu, kadang surut namun lebih sering pasang.
Diri yang sempat juga berpikir pergi. Meninggalkan rumah, ukhuwah, dan saudara seakidah.
Diri yang sempat merasa tak lagi memiliki eksistensi, tersakiti hingga diam-diam menangisi emosi.
Diri yang marah pada waktu, ruang dan daya tampung yang tak lagi punya daya menampung.


Rabu, 03 Juli 2013

Aku mengaku


" Ditempat ini, kamu bisa memilih menjadi sebaik-baiknya manusia, namun kamu juga bisa memilih untuk menjadi seburuk-buruknya manusia. " -Rahayu Lestari-

Kalimat awal saat perkenalan, kau seperti memberiku dua kunci dengan dua pintu dikanan kiri, aku terdiam, bingung, dan mulai memetakan asaku kelak.

"Apa cita-citamu ?" -masih Rahayu Lestari-

Kali ini aku menjawab dengan rentetan kalimat, cita-cita duniawiku yang penuh gelora. Kau tersenyum.

Cinta Rabbku


Bagi wanita, cinta itu untuk dikata. Bagi pria, cukup dirasa saja.

Karna itu bunda, saatku luka, aku rindu kata mesra penuh kasih yang kau bagi. Tapi dengan ayah, aku hanya butuh bersandar, pada punggungnya yang lebar.
Karena itu bunda saat kita bicara dalam sambungan telpon setiap hari, aku hanya ingin mendengar sambil berbinar, karena kasih sayangmu begitu legal, lugas kau gambar. Tapi dengan ayah hanya senyum simpul dan bermegah-megah mekaran bunga dalam hati tercipta, karena ia berbelit, banyak terdiam, berkali terlupa dan lebih sering bertanya.

Cinta kalian membuatku membayang, jika cinta antar hamba bisa begitu candu dan syahdu, lalu seperti apa sesungguhnya cinta Rabbku ?  Tentu lebih Kuasa, lebih Maha. Maka izinkanku memadu kasih denganMu, Rabbku, duhai Dzat perwujudan rasa. Lewat ramadhanMu, lewat selaksa momen yang Kau cipta, bagi kami, hambaMu.

*Catatan kecil, wujud rindu hati, sambil berproses memperbaiki diri ,menanti Bulan Suci.