Senin, 24 November 2014

Dan Maha Cinta, terima kasih atas berkali-kali penyadaran atas berbagai kesalah pahamanku mengartikan tiap ketentuan.

Jumat, 03 Oktober 2014

Remot Penghenti Waktu


Dulu, aku selalu percaya bahwa bulan akan pergi tanpa air mata kala pagi mesti bertahta.
Aku pikir, mentari mendapat posisinya atas dasar suka sama suka, tak ada yang dipaksa pergi.
Tapi hari ini, semesta yang tak lagi bisa tutup mulut. Menyeretku ke pojokan angkasa.
Berbisik bahwa aku harus menemukan remot penghenti waktu.
Agar bulan berhenti pergi dan mentari tak lagi digdaya membuat iri dalam sendiri.

Aku ingat ku simpan remot itu di lemari bawah tv.
Jadi tanpa menunggu lama, ku anggukan kepala pada semesta.
Tunggu saja, mentari akan kena tulah. Pikirku mudah.

Jumat, 08 Agustus 2014

Siapa Bilang ?

Perjalanannya panjang dan penuh banyak rintangan.
Mungkin karena itu sedikit kawan yang membersamai untuk menguatkan.
Siapa bilang, perjalanan ini akan mudah ?
Siapa bilang, tak akan ada pengorabanan ?
Siapa bilang, yang mesti kita lewati adalah jalan lurus bebas hambatan ?

Tak ada yang menjanjikannya padamu bukan ?
Yang ada justru kesepian, penuh pengorbanan dan keras nian para penantang mencoba mengganggu dakwah islam.
Yang ada justru berbagai tudingan sesat, teroris dan dianggap berlebihan dalam mengamalkan ajaran.
Yang ada justru tawaran meninggalkan dakwah, teguran karena memanjangkan hijab dan picingan mata melihat aneh penampilan luar.

Kamis, 07 Agustus 2014

Tenanglah




Memang akan tiba waktu kita mesti belajar perlahan melepaskan genggaman yang dulu begitu kuat memapah kita, membersamai.

Pahamlah, karena semesta hanya sementara dan manusia yang mengisinya pun begitu. Hanya sekejap mata, mengenal, mencinta, bersama untuk kemudian pergi menjalani tiap pilihan yang diambil dengan penuh kesadaran.

Rabu, 30 Juli 2014

You're the One




Aku pernah bertanya-tanya dalam hati
Kalaupun nanti kesempatan itu datang, waktu itu tiba
Bagaimana caraku mengenalmu diantara sekian banyak pria ?
Bagaimana aku tahu bahwa kau adalah pria yang tepat bagiku ?

I just know it, cause you’re the one for me
Dan kini, saat waktu yang dinanti akhirnya tiba.
Entahlah bagaimana menjelaskannya, aku hanya tahu.
Aku hanya yakin.

Senin, 14 Juli 2014

Alasan Bertahan


"Hari ini seperti akumulasi keluhan bertumpuk yang tak pernah bisa kubagi.
Seperti melihat terbukanya jalan untuk mengambil bendera putih, lalu melambaikannya dengan penuh kelegaan.
Terlebih telah kutemukan beribu alasan untuk berhenti dan mundur perlahan.

Aku seperti bom waktu yang menanti detik demi detik ledakan.
Menanti, untuk melihat, apakah perlu kesempatan kedua kuberikan.

Aku tengah menanti inisiatif.
Menanti untuk ditanyakan.
Menanti untuk dikuatkan dengan berbagai alasan untuk terus bertahan.
Ya, aku dalam fase kegamangan."

Kamis, 03 Juli 2014

Kita Semua Akan Jadi Alumni


Jalan hidup membawa kita pada pemahaman bahwa tak ada satupun kisah yang tak menjadi pelajaran. Semua mengandung hikmah dan petuah.
Mengawali Juni dengan sebuah rapat, bertemu saudara saudari yang baru coba untuk dikenali, memantapkan hati untuk mulai berkontribusi dan mencoba untuk menyambungkan hati lewat cerita, canda dan tentu doa.

02 Juli 2014, entahlah sudah ada beberapa orang yang mengucapkan satu kata yang belakangan mulai aku pahami memiliki arti yang begitu dalam dan panjang.
Alumni.
Berawal dari harus 'lengser' dari sebuah amanah organisasi fakultas tempat bernaung selama kurang lebih 2 tahun. Hingga tiap ada yang bertanya "amanahnya apa mbak disini ?"aku lalu dengan sigap menjawab "sudah alumni, adikku"
Mudah saja menjawabnya.

Minggu, 29 Juni 2014

Istiqomah




Bergetar rasanya menjadi salah satu saksi hijrahmu
Seperti kembali terseret masa lalu, saat aku juga tertatih pada pertanyaan di persimpangan jalan
Mana yang mau lebih kau dahulukan ? Mana yang lebih ingin kau prioritaskan ?

Aku tahu tak bijak hanya berputar pada pencarian alasan yang berbalut kegamangan.
Aku tahu tak ada lagi jawaban selain bertanya pada Nya lewat hatiku yang selalu bergetar saat melihat wajah-wajah teduh itu tersenyum menyapa. Melihat hijab yang tersulur rapat, menghalang pandangan.
Dan keputusan memang mesti diambil cepat, dengan penuh harap pada Ridho Nya saja, dengan mengokohkan azam. Bismillah.

Kamis, 26 Juni 2014

Masih Terlalu Pagi


....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Q.S. Al Baqarah : 216

Di jalan cinta para pejuang, biarkanlah cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka & tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci.
Karena hikmah sejati tak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan-perasaan terkibas.
Tetapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita.
Salim A. Fillah

Ini tentang perjuangan panjang, yang bahkan belum kita tapaki walau sejengkal.
Tentang kita yang rikuh, mencari pegangan, mengusir ketidaknyamanan hingga memutuskan mulai membuka diri, saling mengenal.
Marlia Alvionita

Kamis, 19 Juni 2014

Kerja


Jika kubawa-bawa ayat, kau bilang aku tak moderat.
Ku selipkan nasihat orang terkenal, kau mendecih berkata mereka tahu apa ?

Ya, selalu begitu. Kau akan mampu mencari berjuta alasan untuk menutup mata dan telinga dari kebenaran yang tak pernah menjadi keyakinan.

Selasa, 10 Juni 2014

Kado Semesta


Waktu berlari, kita menua.
Waktu berlalu, kita kian dewasa. Semoga.

Dan dimalam ketika bulan lagi-lagi membawa hari mesti berbilang, berganti. Aku menemukanmu dalam diri yang baru, pada usia yang tak lagi remaja, pada pilihan-pilihan hidup yang tak lagi sederhana.
Aku menemukanmu telah menjadi kado dari semesta bagiku, bagi manusia lain disekitar hidupmu.

Kita telah sama-sama tahu, hidup tak semudah yang ditampilkan drama dan soundtrack mendayu yang penuh romansa. Tapi toh, aku yakin kita bisa melewati semua.
Dengan usaha, doa dan persaudaraan yang tergenapi dalam doa.

*Selamat 20 tahun, makhluk semesta ^^


Rabu, 04 Juni 2014

Pada Kita, Sekumpulan Wanita



Kepada sekumpulan wanita yang selalu menyambutku dengan pelukan dan salam hangat.
Aku mencintai kalian.
Jangan dulu saling menutup pintu, mengambil kunci dan mengurung diri.
Jangan dulu mengucap salam perpisahan.
Karena kita masih disini, dihari-hari penantian dan perjuangan masa depan.
Di hari, ketika menengok ke arah hijab hijau tua itu menjadi semacam pengingat pada kenangan sebuah proses lugu namun sarat pengorbanan hingga membuahkan sebuah senyum kelegaan.
Di hari, kita masih bisa saling menemukan mata dan bertanya kabar.
Mari rayakan. Rayakan leganya, rindunya, semua.

Rabu, 26 Maret 2014

Epilog


Dan sampailah kita pada ruang untuk tanda baca.
Menanti membubuhkan titik, koma, tanda seru atau tanya.
Dengan riak emosi yang telah turun dari kulminasi emosi.
Dan tanya tersisa dalam selipan hari.

Apakah semua membawamu pada sendu atau bahagia ?
Akankah dilanjutkan atau diakhiri saja ?
Ruang akhir masih kosong.
Epilog belum ditentukan.
Dan kita menanti di titik akhir perjuangan.

Prolog


Kita selalu memiliki energi untuk berkenalan
Membagi senyum di awal hari
Menguntai benang kenangan dari sekarang
Dan tak peduli kapan harus mengakhiri

Menyimpan semua masalah dalam diam, pelan.
Untuk kita biarkan meledak suatu hari

Tapi ini masih pagi
Biarkan langkah kita menapaki prolog kehidupan
Menyimpan semua masalah dalam diam, pelan.
Untuk kita biarkan meledak suatu hari.

Minggu, 16 Maret 2014

Di Sampingmu


Aku tengah menanti hari itu.
Saat kau yang biasanya tenang dan tak terbaca menjadi terlihat gugup dan berkali mesti meremas tangan, seolah mencari kekuatan.
Aku tengah berdoa untuk sampainya hari itu.
Saat kau menjabat tangan Ayah ku dan mengucap janji dengan terlebih dulu menghirup napas dan fokus pada lafal, hingga janji terucap sekali tanpa perlu diulang.

Kau, apakah juga menanti hari itu ?
Saat ku anggukan kepala, menerima.
Kau, apakah juga berdoa untuk sampainya hari itu ?
Kala bertumpuk doa kita terima dengan senyum sumringah yang tak lagi tersembunyi di bawah tundukan kepala.

Kamis, 20 Februari 2014

Gugur dan Minum part terakhir


Dengan membawa beberapa kardus yang ukurannya cukup besar.
Sedikit kepayahan karena menggontongnya sendirian.
Pagi yang cukup sial ternyata masih harus disempurnakan dengan terdengarnya tawa memilukan dari kamar sebelah.
Apa-apaan itu ? Hantu ?

Gugur dan Minum part 2


Aku tak pernah tahu kau punya bakat melucu.
Kau juga tak punya bakat akting untuk mengelabui.
Tapi kenapa mudah sekali kini aku tertawa namun merasa tersakiti ?
Kenapa aku bisa terbujur sepi di pojok kamar sambil meneteskan air mata namun bibirku terbuka mengeluarkan suara tawa ?

Aku dibohongi sekian lama.
Sebegitu mudahnya kah wanita sepertiku kau usir pergi ?

Gugur dan Minum part 1


Katamu di sore itu "Jangan percaya mereka, aku saja, aku saja yang boleh kau dengar."
Aku hanya mengangguk, takut.

Teriakmu di malam itu, "Tak usah berkumpul bersama mereka. Pengganggu !!"
Jadi tak ku balas sms atau sapa kawan-kawanku.

Kau ingin ditemani, baik ku gandeng mesra jemari.
Kau ingin didengar, kupasang telingaku lebar-lebar.
Kau ingin kau saja, maka aku menyimak sendiri.

Sabtu, 08 Februari 2014

Pesan Cinta Untuk Anakku



Nak, Ibu mu ini juga pernah berumur belasan, terisak di kamar sambil membuat puisi karena patah hati akibat cinta dalam diam. Tapi sungguh setelah melewati semuanya hanya ada kelegaan yang kan kau rasa, dan karya bertumpuk tentang rasa yang tak tersampaikan, bisa kau kumpulkan, menjadikannya buku lalu bagikan ke teman-teman seumuran.

Nak, Ibu mu ini juga pernah marah, merajuk, menyumpah dalam hati karena lelah, karena marah, karena sering sekali memiliki perbedaan cara pandang dengan nenekmu, Ibu nya ibu. Tapi tak lantas Ibu akan menyerah dengan amarah, pergi dan tak lagi mau mendengarkan. Kendalikan dirimu, nak. Karena sejatinya yang kami, orang tuamu mau hanyalah kebaikan. Jika mungkin kau kurang berkenan, diamlah sejenak, tunggu kami selesaikan pendapat. Lalu mendekatlah, beri kami senyuman sambil sesekali memijat bahu kami yang mulai lunglai dimakan usia. Jelaskan rasa hatimu, coba buat kami paham. Dengan kesantunan, lewat kata yang enak didengar. Karena sejatinya kami sadar, bahwa tak selamanya orang tua selalu benar. Ada kalanya kami salah, terlalu khawatir membuat kami emosional dalam mengambil keputusan. Redakan kekhawatiran kami dengan elusan sayang dan kecup mesra di punggung tangan. Jadilah dewasa hingga kami tak lagi ragu untuk melepasmu sendirian, ditemani doa dari pagi hingga malam yang kami gumamkan pada Sang Pemilik Kehidupan.


Gadis Dua Puluh Satu



Tahun-tahun berlalu. Waktu cepat sekali melangkah jauh. Meski dalam prosesnya masih sering aku mengeluh atas hari-hari lelah dan kuyu, ada rindu-rindu merah jambu yang ku bagi denganmu dan bisik-bisik rahasia yang memenuhi semesta kamar kos tempat kita berbagi cerita. Ada cie cie kemudian kecewa. Hehe...

Kita beranjak dewasa juga, bergerak dari seragam putih abu-abu menuju status mahasiswa yang insya Allah kita isi dan niatkan menjadi ladang perbaikan diri yang tak ada akhirnya.
Telah jauh juga jarak dari hari dimana pertama kali kita bertemu. Hari dimana aku memandangmu cuek dan menjawab tanya dengan singkat, kau mengingatnya sedangkan aku tidak. Maaf ya, mak J


Pesan Cantik Untuk Perempuan





Seperti layaknya subuh yang sibuk berhias saat mentari masih terlelap di peraduan, makhluk Tuhan bergelar
perempuan juga telah bangun dari pembaringan, namun bukan untuk berhias tapi menghias.

Menghias rumah dengan bau bumbu dan suara-suara peralatan memasak saling berbenturan. Lesung yang bekerja menghaluskan bumbu, minyak dan bawang yang menghantarkan bau wangi yang memenuhi dapur, bau ikan setelah digoreng, nasi yang pulen dengan asap yang menari di atasnya, dan buah segar yang menarik hati untuk segera disantap.

Jumat, 31 Januari 2014

Bisa Jadi Keren


Karena saya tahu, saya bisa jadi orang keren tanpa perlu menggadaikan diri demi angka.

Alhamdulillah, ikhtiar menambah teman lewat jejaring sosial, membawa saya pada pemahaman-pemahaman baru perihal menjadi keren.
Keren yang bukan hanya dalam hal penampilan, ini lebih pada pemikiran.
Jujur pertama kali saya serius untuk jatuh cinta pada menulis yang baru satu tahun belakangan ini saya geluti karena qadar Allah mengizinkan saya mengenal kakak kelas di SMA yang telah menerbitkan buku. Self publishing. Tapi pembacanya dimana-mana.
Itu keren, karena dia seumuran saya, satu almamater SMA, satu daerah tempat tinggal dan dia bisa menghasilkan karya. Pertanyaan besar lalu muncul "kalau dia bisa, kenapa kamu nggak, ta ?"

Lalu mengenal seorang penulis, komedian juga sepertinya. Pertama kali membaca catatan di salah satu jejaring sosial. Tulisannya cerdas, berisi dan bikin betah. Lagi-lagi saya terinspirasi.

Allah, aku cinta Kamu


Memang tak selalu mudah kan berkali-kali mesti mengingatkan diri yang selalu lemah ini bahwa kau punya Dia, tempat bergantung, tempat berkeluh dan yang paling penting tempatmu bersyukur.

Memang tak mudah untuk membungkam mulut ini dari mengumpat marah, terisak sendu atau menggumam kutuk lalu menghirup napas sejenak, memikirkan dan lagi-lagi tersungkur syahdu pada janji untuk tidak mempertanyakan tiap ketetapan-Nya.