Sabtu, 08 Februari 2014

Pesan Cinta Untuk Anakku



Nak, Ibu mu ini juga pernah berumur belasan, terisak di kamar sambil membuat puisi karena patah hati akibat cinta dalam diam. Tapi sungguh setelah melewati semuanya hanya ada kelegaan yang kan kau rasa, dan karya bertumpuk tentang rasa yang tak tersampaikan, bisa kau kumpulkan, menjadikannya buku lalu bagikan ke teman-teman seumuran.

Nak, Ibu mu ini juga pernah marah, merajuk, menyumpah dalam hati karena lelah, karena marah, karena sering sekali memiliki perbedaan cara pandang dengan nenekmu, Ibu nya ibu. Tapi tak lantas Ibu akan menyerah dengan amarah, pergi dan tak lagi mau mendengarkan. Kendalikan dirimu, nak. Karena sejatinya yang kami, orang tuamu mau hanyalah kebaikan. Jika mungkin kau kurang berkenan, diamlah sejenak, tunggu kami selesaikan pendapat. Lalu mendekatlah, beri kami senyuman sambil sesekali memijat bahu kami yang mulai lunglai dimakan usia. Jelaskan rasa hatimu, coba buat kami paham. Dengan kesantunan, lewat kata yang enak didengar. Karena sejatinya kami sadar, bahwa tak selamanya orang tua selalu benar. Ada kalanya kami salah, terlalu khawatir membuat kami emosional dalam mengambil keputusan. Redakan kekhawatiran kami dengan elusan sayang dan kecup mesra di punggung tangan. Jadilah dewasa hingga kami tak lagi ragu untuk melepasmu sendirian, ditemani doa dari pagi hingga malam yang kami gumamkan pada Sang Pemilik Kehidupan.



Kau masih begitu muda, tapi jelas kau tak lagi mau dianggap anak kecil yang belum tahu hitam putih dunia. Namun kau juga tak bisa dusta, kau buah hati kami, masih begitu rapuh. Kesalahan membuatmu sedih dan terpuruk, patah hati membuatmu menangis dan tak selera makan. Kau berkali terjebak dalam mood galau.

Karena itu izinkan kami memberi sedikit pelajaran dan teladan dengan penuh cinta. Karena kami pernah melewati masa-masa yang kini kau rasakan. Asam garamnya, manis pahitnya kami sudah lewati hingga akhirnya sampai di titik ini. Menjadi orang tua. Orang tuamu yang kadang tak sempurna kata dan lakunya. Yang kadang tak sempurna menahan marah dan kerasnya.

Karena kami cinta padamu, anakku. Ini bukanlah jenis cinta yang kau rasa baru-baru ini pada lawan jenis idaman. Bukan jenis cinta monyet anak usia belasan.
Ini jenis cinta yang kau tak pernah perlu menerima balasan. Cukup kau ungkap dan buktikan.

Cinta orang tua pada anaknya itu, sejatinya perpanjangan tangan Tuhan bagimu di dunia. Karena terlalu banyak kami simpan maaf bagimu bahkan sebelum kau melakukan kesalahan. Karena kami menyimpan begitu banyak persediaan cinta bagimu, sebelum kau mengerti arti cinta sebenarnya, sebelum kau belajar merayu anak orang.

Mungkin masih terlalu kecil bagimu, mengeja makna cinta yang sebenarnya. Kau mau Ibu beri saran bagaimana mengenal cinta yang sesungguhnya ? Cintailah dulu keluargamu, maka kau akan dapatkan bekal untuk mencintai sesama. Karena dari cinta keluarga, kau akan dapati arti tanggung jawab, kejujuran, serta kesetiaan. Ambillah semua sebagai pelajaran, untukmu mengarungi hidup ke depan.

Jangan nak, jangan sekali-kali menjadi bagian dari mereka yang mengecilkan arti kesetiaan, jangan jadi bagian dari mereka yang menganggap cinta hanya produk kuasa dan harta. Karena kau terlahir dari cinta dengan cinta kau kemudian kami besarkan. Bagilah cinta dan sebarkan ke semesta. Cinta yang murni, yang bermanfaat bagi sesama.

Kau mau tahu rasa jatuh cinta yang sebenarnya ? Sssttt.. Ibu beri bocoran, rasanya begitu manis dan teduh. Seperti rasa yang telah kami kecap saat pertama kali melihat wajahmu setelah Ibu berjuang melahirkan dan Ayahmu dengan pucat dan khawatir menunggui. Rasanya begitu menyegarkan, seperti saat pertama kali melihat kaki mu melangkah pelan-pelan dan kami menunggu di ujung untuk segera kau gapai.

Semua begitu Ibu ingat, hingga terasa baru terlewat kemarin lusa. Terima kasih, nak. Menjadi bagian dari indahnya cinta halal yang di ridhoi Tuhan.

Terima kasih telah menjadi anak kami. Kami mencintaimu selalu.

2 komentar:

  1. Mbak.....aku nangis baca tulisan ini. Seperti merasa mendengarkan nasehat ibuku sendiri, seolah-olah Ibu yang mengungkapkan kalimat-kalimat yang Mbak tulisa. Terlebih ketika sampai di kalimat ini "Cintailah dulu keluargamu, maka kau akan dapatkan bekal untuk mencintai sesama. Karena dari cinta keluarga, kau akan dapati arti tanggung jawab, kejujuran, serta kesetiaan. Ambillah semua sebagai pelajaran, untukmu mengarungi hidup ke depan."

    Salam kenal mbak :)

    BalasHapus
  2. Iya. Salam kenal juga. Panggil Nita aja ya. Saya masih muda kok, belum punya anak beneran :3

    Alhamdulillah kalau bisa diterima maknanya dengan baik.

    BalasHapus